Krisis Air di Bogor: Aktivitas Geothermal Gunung Salak Diduga Picu Kekeringan dan Ancaman Lingkungan

Admin
1 Agu 2025 21:06
News 0 11
2 menit membaca

Angkaranews.id– Memasuki musim kemarau tahun ini, Kabupaten Bogor menghadapi ancaman kekeringan yang berdampak pada permukiman warga, terutama di sekitar kawasan pegunungan seperti Gunung Salak.

Keberadaan aktivitas geothermal di wilayah tersebut kembali menjadi sorotan akibat dugaan dampaknya terhadap lingkungan dan ketersediaan air tanah.

Dadan Ramdan, Sekretaris Jenderal Perkumpulan Inisiatif dan mantan Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Barat, menyatakan bahwa eksploitasi hutan dan pengeboran geothermal dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.

Menurutnya, aktivitas ini berpotensi memicu kekeringan sumur warga, mengingat pembangkit listrik geothermal membutuhkan pasokan air dalam volume besar untuk menghasilkan listrik 377 MW.

“Proses pengeboran dan injeksi fluida pada proyek geothermal bisa memengaruhi kondisi air tanah di sekitarnya. Kami akan meneliti sejauh mana dampaknya, apakah ini akibat aktivitas proyek atau fenomena alam,” ujar Dadan, Senin (28/7/2025).

Selain kekeringan, aktivitas geothermal juga diduga mengancam kesehatan warga karena pelepasan gas berbahaya seperti hidrogen sulfida (H2S) yang dapat mengiritasi mata dan saluran pernapasan. Warga juga melaporkan gangguan lain, termasuk suara gemuruh dan getaran pada malam hari.

Dadan mengingatkan bahwa pada Oktober 2023, aktivitas pengeboran geothermal diduga memicu gempa berkekuatan 3,2 skala Richter.

“Kami akan bekerja sama dengan peneliti dan WALHI untuk meninjau sumber air, volume penggunaan, serta proses pembuangan limbah proyek ini,” tegasnya.

Pemerintah dan pihak terkait diharapkan segera menindaklanjuti keluhan warga serta memastikan bahwa aktivitas geothermal tidak merusak lingkungan dan sumber daya air yang vital bagi masyarakat. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *